Blog Posts » Umum » KYAI ASTRONOMI SAUDI SOWAN KE KYAI NU INDONESIA
KYAI ASTRONOMI SAUDI SOWAN KE KYAI NU INDONESIA
Masih ingatkah ketika dunia Arab menertawakan Indonesia yang menetapkan 1 Syawal pada Tanggal 31 Agustus 2011?
Tapi akhirnya Kerajaan Arab Saudi memerintahkan kepada rakyat dan masyarakat Arab Saudi untuk meng-qodho atau mengganti puasa satu hari karena ternyata ada kesalahan di dalam menentukan satu
syawal bertepatan hari Selasa tanggal 30 Agustus 2011 M. Dan meralat dengan menentukan hari Rabu (31 Agustus 2011 M) sebagai 1 syawal 1432 H. (Sumber Televisi Al-Jazirah).
Dalam penentuan hari raya idul fitri , tercatat sudah ke-20 kalinya negri Arab Saudi salah di dalam Menentukan 1 Syawal http://youtube.com/watch?v=TAqkKH7_3z4
Jakarta, NU Online. Lajnah
Falakiyah Nahdlatul Ulama
(LFNU) menerima kunjungan pakar astronomi Arab Saudi Sholeh bin Muhamad Al-Sha’ab dari King Abdulaziz City for Science and Technology (KACST), Sabtu (10/3).
Ketua LFNU KH Ghozali
Masroeri dan para pengurus LFNU dari berbagai daerah,
menerima Sholeh Al-Sha’ab di ruang pertemuan lantai 4 gedung PBNU, Jakarta.
Kedua perwakilan lembaga
bertukar pikiran tentang
perkembangan ilmu astronomi dan metode hisab rukyah di lembaga masing-masing.
”Kami dari Nahdlatul Ulama, menetapkan awal bulan jika hilal berada dua derajat di atas ufuk pada saat matahari terbenam dan dapat dirukyat,” ungkap Kiai Ghazali.
“Ya, itu memang ikhtilaf
diantara kita,” ucap Sholeh yang juga mantan direktur pusat astronomi nasional di KACST ini dengan santai.
Dalam menentukan awal
bulan, Arab Saudi juga bertolak dari hisab dan rukyah. Yang menjadi acuan di Arab Saudi tetap rukyah, namun tidak ditentukan ukuran dua derajat di atas ufuk.
Selain itu, kedua belah pihak bercerita tentang kendala-kendala saat melakukan rukyah. Di Arab Saudi yang menjadi kendala adalah badai debu sementara di Indonesia awan mendung.
Pertemuan yang berlangsung sekitar dua jam tersebut diakhiri dengan penyerahan cendera mata dari kedua belah pihak. Sholeh Al-Sha’ab menyerahkan buah karyanya, Nawafid Hilal, sebuah alat sederhana untuk menentukan posisi hilal.
“Perlu diuji lagi keakuratannya, sebab
diterapkan di wilayah
berbeda,” ungkap penikmat durian ini merendah.
Sementara itu, LFNU
menyerahkan almanak buatan LFNU, kaos NUMO (Nahdlatul Ulama Mobile Observatory),
buku Penentuan Awal Bulan Qomariyah Persepektif NU karya KH.Ghazali Masroeri dan Membaca Langit karya Hendro Setyanto.
Sebelumnya, ia dihadiahi kopiah hitam khas kiai NU. Sholeh Al-Sha’ab langsung mengenakannya dengan senyum.
Copaser:
http://nu.or.id/page/
http://sarkub.com/2012/pakar-astronomi-arab-saudi-sowan-ke-pakar-astronomi-nu/